Minggu, 23 Mei 2021

CERPEN TENTANG MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

 14 Hari


Di kepadatan lalu lintas ibukota, gadis bertubuh tinggi dan memiliki rambut terurai berwarna

hitam pekat tengah sibuk mencari gadgetnya yang berada di dalam tas jinjingnya yang penuh dengan 

barang itu. Gadis yang bernama Yolanda ini semakin terlihat panik mencari dimana letak gadgetnya 

sehingga tidak menyadari bahwa lampu penyebrangan jalan belum menunjukkan warna hijau. 

Yolanda melangkahkan kaki nya ke jalan dimana kendaraan masih berlalu lalang. Ia belum sadar juga 

hingga ia mendengar suara teriakkan seseorang yang menyeru kepadanya di sebrang jalan “Woii! 

Awas bodoh! Belum hijau” makian itu terdengar berbarengan dengan suara klakson mobil yang 

seketika menabrak tubuhnya. Tubuhnya terpental hebat sehingga ia tidak menyadari apapun yang 

terjadi pada dirinya setelahnya kecuali keluhan seorang cowok yang menghampirinya “haduh,ceroboh 

banget sih!”

    Kedua mata Yolanda terbuka perlahan tetapi keningnya terasa pusing sekali, ia kebingungan 

menyadari dirinya bangun dalam keadan berada di ruangan yang berebau obat dan dingin. Sempat ia 

kebingungan dimana dirinya berada hingga tiba-tiba ia teringat bahwa ia baru saja mengalami 

kecelakaan. Ia mengangkat tubuhnya yang hampir tak berdaya itu sekuat tenaga untuk sekadar duduk 

dan sedikit merenungkan atas apa yang telah terjadi. Belum sepenuhnya badan itu ia dudukkan, 

dilihatnya seorang lelaki muda yang memasuki ruangan dengan raut muka sedikit terkejut. “Loh,udah 

bangun? Hati-hati, mau ngapain?” Seru nya sambil membantu Yolanda mendudukkan badan. Yolanda 

terlihat sedikit bingung, tetapi setelahnya ia berusaha untuk bersikap biasa saja . “Ahaha engga, mau 

duduk aja. Cape tiduran terus” jawabnya berbasa basi. “Yaiyalah, lo udah tidur 5 hari! Apa ga bosen 

tuh mata ketutup aja.” ucapan lelaki itu membuat Yolanda semakin kaget dan bingung. Raut muka 

Yolanda terbaca oleh lelaki muda ini, lantas lelaki ini pun dengan segera menjelaskan . “Lo koma 

udah 5 hari, tiap hari gue dateng kesini. Ibu lo maksa mau ngurusin lo disini tiap hari, tapi gue larang 

karena ternyata lo punya adik kecil yang gabisa ditinggal. Jadi ya, gitu.” Pernyataan lelaki tersebut 

membuat Yolanda terkejut. Segera Yolanda menyadari bahwa lelaki tersebut adalah seseorang yang 

menabraknya beberapa hari yang lalu. “Oiya,gue Abim” Ucap lelaki itu. 

Setelah Yolanda sadar dari koma nya, setiap pagi dan malam hari Abim menjenguknya dan setiap hari  pula Abim menanyakkan bagaimana keadaan Yolanda. Abim yang selalu membantu Yolanda sarapan, 

dan Abim juga yang membantunya minum berbagai macam obat karena tubuh Yolanda yang belum 

100% pulih dan masih membutuhkan bantuan untuk sekadar duduk atau kembali berbaring. Yolanda 

merasa Abim adalah lelaki yang sangat baik hati, sesekali ia merasa tidak enak hati karena hari-hari 

Abim harus mengurus dirinya itu. Padahal, Yolanda merasa bahwa dirinya lah yang sepenuhnya salah 

atas kecelakaan tersebut. Tapi mau bagaimana lagi, mau mengandalkan siapa lagi. Ia tidak bisa 

mengandalkan ibu nya yang harus mengurus adiknya yang masih kecil, dan ia juga tidak bisa 

mengandalkan ayah nya yang sangat sibuk dengan pekerjaannya.Hari-hari dirumah sakit berlalu dengan rutinitas melihat Abim pagi pagi buta menjenguk dirinya, 

menanyakan keadaan dirinya, dan membantu dirinya sarapan. Lalu siang hari Abim izin pamit pergi 

kerja dan kembali lagi pada malah hari dengan selalu membawa buah buahan segar dan berbagai 

macam makanan yang dapat membantu mempercepat pemulihan. Menyemangati Yolanda setiap 

malam sambil membawa Yolanda dengan kursi roda ke taman rumah sakit agar tidak jenuh. Dan 

selalu memberi kata kata penyemangat kepada Yolanda sebelum dirinya meninggalkan ruang rawat 

inap yang bernomor 102 tersebut. “Semangat Yolanda! Lo cewek kuat! Dikit lagi pasti sembuh, gue 

balik dulu ya! Besok gue liat lo pokoknya udah seger ya!” Kalimat tersebut rutin Abim ucapkan.

“Yol, kenapa sih gapernah mau makan sayurannya? Makan dong biar cepet sembuh!” Abim 

mengerutkan keningnya melihat Yolanda menyingkirkan brokoli mini itu ke pinggiran piring.

“Ga ah, mual gue kalo makan sayuran” ujar Yolanda.

“Terus gimana mau cepet sembuh, Yolandaaa” seru Abim sambil melotot kecil kearah Yolanda.

Seketika Yolanda terdiam dan mematung, tetapi dirinya berusaha untuk bersikap biasa saja. Tetapi 

tanpa ia sadari ia tersenyum kecil mendengar perkataan Abim tersebut. Tidak lama kemudian 

terdengar suara dering hp yang terdengar dari saku jaket yang Abim kenakan malam itu . Tangan 

Abim yang gagah itu segera merogoh handphone di dalam sakunya. Senyum manis terukir di wajah 

Abim setelah ia mengangkat telepon tersebut.

“Siapa?” Tanya Yolanda.

“Eh, mmaksudnya..” lanjut Yolanda mengoreksi ucapannya.

“Ehmm,Yol! Malem ini gue agak cepet ya baliknya, gapapa ya?” Abim izin untuk pulang lebih awal 

dari biasanya. Saat itu jam baru menunjukkan pukul 19:00 malam, biasanya Abim pulang ketika jam 

menunjukkan pukul 22:00 malam.

Yolanda menganggukkan kepalanya tanda ia mengizinkan Abim untuk pulang. Sebenarnya, Yolanda 

pun tidak mengharuskan Abim untuk setiap hari mengunjungi dirinya. Ini semua murni keinginan 

Abim yang sedari awal memang sudah dijelaskan olehnya.

Malam itu terasa sunyi bagi Yolanda tanpa Abim. Malam itu terasa sedikit berbeda. Tidak ada yang 

memaksanya untuk makan buah, tidak ada yang memaksanya untuk minum sari kurma yang tidak 

disukai nya, dan tidak ada ucapan semangat untuk dirinya malam itu. Yolanda sangat merakasan 

perbedaan malam itu dengan 14 malam sebelumnya yang sudah ia rasakan. Rasanya hampa. Seperti 

ada yang hilang.

Keesokan pagi nya, pintu kamar inap Yoland diketuk dari luar. Yolanda yang awalnya tengah fokus 

menonton siaran berita di televisi kini beralih pada ketukan pintu kamar inapnya.

“Ngapain ngetuk bim? Biasanya juga langsung masuk sambil nyerocos semangat semangat” Teriak 

Yolanda dengan semangat.

Pintu itu pun terbuka, Yolanda terkejut ternyata sosok yang mengetuk pintu itu bukanlah Abim, 

melainkan seorang wanita cantik dengan jas putih nya yang menambah kecantikan wanita tersebut. 

Ya, wanita itu adalah dokter yang selama ini menangani Yolanda. Dokter bernama Bianca itu pun 

tersenyum melihat Yolanda.“Halo Yolanda, gimana keadaannya? Hehe, maaf ya saya bukan orang yang kamu tunggu. Oh iya, 

kabar baik nih Yolanda! Kalau besok pagi kamu udah boleh pulang loh” Ucap dokter Bianca tanpa 

menghilangkan senyuman dari wajahnya.

“Ooh dokter Bianca ya, hehe. Tumben dok kesini pagi pagi, biasanya agak siang dikit” Ujar Yolanda 

sedikit menahan malu karena ia terlanjur menyebutkan nama Abim, padahal ternyata yang datang itu 

dokter Bianca.

“Iya, saya datang disini untuk memberi kanar gembira saja. Dan melakukan pengecekkan terakhir 

sebelum kamu pulang, makanya jadwalnya beda” ujar dokter Bianca.

Setelah check up sebentar, dokter pun meninggalkan kamar inap Yolanda. Bukannya senang 

mendengar kabar dari dokter Bianca, Yolanda malah memikirkan hal lain. Ya, kemana Abim? 

Biasanya pagi pagi buta, Yolanda sudah melihat Abim memasuki kamarnya dan berteriak kecil 

menyemangati dirinya lalu membantunya untuk makan sarapan. Tapi, sekarang Abim belum juga 

datang padahal hari sudah siang. Yolanda tiba tiba kepikiran untuk menelpon Abim, tapi ia langsung 

ingat bahwa ia belum mengetahui nomor telpon Abim. Pagi ke malam Yolanda tidak berhenti 

memikirkan Abim yang entah kemana perginya. Aneh menurut Yolanda, karena ia seperti merasakan 

kehilangan.

Malam hari, Yolanda yang sudah cukup pulih mencoba untuk berjalan sendiri ke taman rumah sakit 

karena dirinya merasa rindu dengan taman tersebut. Tetapi, ketika ia membuka pintu kamar inap, 

terlihat sosok lelaki yang selama ini ia tunggu kehadirannya berdiri dengan raut muka terkejut.

“Loh? Mau kemana Yol? Heh, udah malem loh.” Ucap Abim terdengar khawatir, ia lalu mengajak 

Yolanda kembali ke dalam kamar.

“Bim, gue jenuh, mau ke taman.” Yolanda menolak Abim yang menuntunnya untuk kembali masuk 

ke kamar .

Abim yang langsung mengerti pun segera menuntun Yolanda ke taman rumah sakit dan duduk di 

bangku taman yang menghadap kearah jalanan malam yang dipenuhi dengan lampu-lampu kendaraan.

“Besok gue udah boleh pulang,Bim.” Yolanda memulai pembicaraan langsung sesaat setelah mereka 

berdua duduk di bangku taman.

“Oh ya? Bagus dong?! Akhirnya, nah liat kan lo bisa sembuh, seneng gue dengernya.” ucap Abim 

tersenyum lebar ke arah Yolanda.

“Kok dari kemarin lo baru muncul sih Bim? Lo kemana aja?” Tanya Yolanda kemudian.

“Iya, kemarin cewek gue ngajakin makan malam gitu, terus pagi nya gue kelelahan karena malam 

minggu kemarin tuh macet bangett jalanan. Haduuh . Maaf ya Yol, gue cape banget tadi pagi.” 

Pernyataan Abim membuat Yolanda terkejut.

Yolanda terkejut mendengar kata ‘cewek’ dalam pernyataan Abim tersebut. Sontak ia kembali 

bertanya kepada Abim.

“Lo punya cewek? Sejak kapan?” Tanya Yolanda.

“Yaa, udah dua tahunan. Kenapa Yol?” Abim terlihat bingung melihat ekspresi tidak menyenangkan yang ditunjukkan Yolanda kepadanya.

“Gue pikir, lo merasakan apa yang gue rasain juga Bim. Gue pikir 14 hari lo ngerawat gue, jagain 

gue, kasih semangat ke gue, kasih senyuman manis lo ke gue, itu ada artinya. Ternyata lo punya 

cewek. Kenapa lo gak bilang ke gue,Bim? Gue jadi nyesel udah ngizinin perasaan ini dateng ke gue.” 

Abim melihat genangan air mata pada mata Yolanda. Abim semakin kebingungan dibuatnya.

“Yol, gue cuma tanggung jawab atas apa yang menyebabkan lo koma dan harus menjalani perawatan 

selama 14 hari ini. Bokap gue selalu mengajarkan gue tentang tanggung jawab dalam hal sekecil 

apapun. Bokap gue gamau anaknya tidak memiliki rasa tanggung jawab atas apa yang telah dia 

lakukan. Dalam hal sekecil apapun, tanggung jawab itu akan selalu ada dalam kehidupan. Dan bokap 

gue selalu bilang ke gue ‘laki-laki kalau gabisa bertanggung jawab itu sebenar-benarnya sampah’ . 

Dan, selama 14 hari ini, gue berusaha gimana pun caranya untuk bertanggung jawab karena gue udah 

nabrak lo, jadi gue harus nemenin lo sampai sembuh!” Mendengarnya, membuat Yolanda semakin 

berderai air mata. Sebenarnya dirinya juga paham, ini merupakan bagian dari tanggung jawab Abim.

“Bim, cara lo ngasih ucapan semangat ke gue, kenapa harus seperti terdengar sangat tulus dan beda? 

Harusnya biasa aja,Bim. oiya, kenapa lo sampe sebegini nya, padahal gue juga salah, main nyebrang 

gitu aja.” Jelas Yolanda sambil menyeka air matanya.

“Seseorang cepat sembuh, itu juga tergantung dari mental dan pikiran dirinya sendiri. Gue berusaha 

buat bikin lo selalu merasa bahagia dengan gue beri ucapan semangat . Gue beneran tulus 

ngucapinnya. Dan soal lo salah, iya lo juga salah. Tapi, mobil gue pada saat itu juga terlalu ngebut 

makanya keadaan lo sampe separah itu, dan menurut gue inilah bentuk tanggung jawab yang harus 

gue kasih ke lo.”

Yolanda terus menangis dan menyeka air matanya, malam itu terasa sangat panjang. Ia masih belum 

siap mendengar perkataan Abim itu. Ia menyesal telah membiarkan hati nya merasakan perasaan yang 

bahkan tidak sedikit pun terbalaskan. Ternyata 14 hari yang ia rasakan, tidak sama dengan 14 hari 

yang Abim sebenarnya rasakan. Abim hanya menjalankan tanggung jawabnya. Tidak lebih.

“Terus, cewe lo tau apa engga? 2 minggu lo ngabisin waktu lebih banyak untuk gue, bahkan gue gak 

pernah liat lo telponan.” Tanya Yolanda setelah dirinya berhenti menguraikan air mata.

“Cewek gue udah tau, dan itu lah hebatnya dia, dia percaya sama gue. Dia juga bilang, ya memang ini 

yang harus gue lakuin. Gue sama dia bukan tipikal pasangan yang tiap malam telponan, gue sama dia 

juga nge-date itu bisa 2 minggu sekali. Tapi, hal itu sama sekali tidak meregangkan hubungan gue dan 

dia. Gue udah sayang banget sama dia, begitupun dia ke gue.” Ucap Abim menjawab pertanyaan

Yolanda.

Malam itu, malam kepedihan bagi Yolanda. Tidak disangka ia justru harus menerima kenyataan pahit 

ketika dirinya sudah pulih. Tetapi bagaimana pun juga, berkat Abim ia mengerti tentang arti tanggung 

jawab. Ternyata taggung jawab memang tidak bisa lepas dari manusia. Sebuah kewajiban bagi 

manusia manusia yang sadar akan hal itu. Yolanda memang sudah sembuh dari kecelakaan, tetapi 

tidak disangka ia malah mendapatkan luka baru di hati nya. 



oleh : Natasya Wulandari