Minggu, 23 Mei 2021

CERPEN TENTANG MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB

 14 Hari


Di kepadatan lalu lintas ibukota, gadis bertubuh tinggi dan memiliki rambut terurai berwarna

hitam pekat tengah sibuk mencari gadgetnya yang berada di dalam tas jinjingnya yang penuh dengan 

barang itu. Gadis yang bernama Yolanda ini semakin terlihat panik mencari dimana letak gadgetnya 

sehingga tidak menyadari bahwa lampu penyebrangan jalan belum menunjukkan warna hijau. 

Yolanda melangkahkan kaki nya ke jalan dimana kendaraan masih berlalu lalang. Ia belum sadar juga 

hingga ia mendengar suara teriakkan seseorang yang menyeru kepadanya di sebrang jalan “Woii! 

Awas bodoh! Belum hijau” makian itu terdengar berbarengan dengan suara klakson mobil yang 

seketika menabrak tubuhnya. Tubuhnya terpental hebat sehingga ia tidak menyadari apapun yang 

terjadi pada dirinya setelahnya kecuali keluhan seorang cowok yang menghampirinya “haduh,ceroboh 

banget sih!”

    Kedua mata Yolanda terbuka perlahan tetapi keningnya terasa pusing sekali, ia kebingungan 

menyadari dirinya bangun dalam keadan berada di ruangan yang berebau obat dan dingin. Sempat ia 

kebingungan dimana dirinya berada hingga tiba-tiba ia teringat bahwa ia baru saja mengalami 

kecelakaan. Ia mengangkat tubuhnya yang hampir tak berdaya itu sekuat tenaga untuk sekadar duduk 

dan sedikit merenungkan atas apa yang telah terjadi. Belum sepenuhnya badan itu ia dudukkan, 

dilihatnya seorang lelaki muda yang memasuki ruangan dengan raut muka sedikit terkejut. “Loh,udah 

bangun? Hati-hati, mau ngapain?” Seru nya sambil membantu Yolanda mendudukkan badan. Yolanda 

terlihat sedikit bingung, tetapi setelahnya ia berusaha untuk bersikap biasa saja . “Ahaha engga, mau 

duduk aja. Cape tiduran terus” jawabnya berbasa basi. “Yaiyalah, lo udah tidur 5 hari! Apa ga bosen 

tuh mata ketutup aja.” ucapan lelaki itu membuat Yolanda semakin kaget dan bingung. Raut muka 

Yolanda terbaca oleh lelaki muda ini, lantas lelaki ini pun dengan segera menjelaskan . “Lo koma 

udah 5 hari, tiap hari gue dateng kesini. Ibu lo maksa mau ngurusin lo disini tiap hari, tapi gue larang 

karena ternyata lo punya adik kecil yang gabisa ditinggal. Jadi ya, gitu.” Pernyataan lelaki tersebut 

membuat Yolanda terkejut. Segera Yolanda menyadari bahwa lelaki tersebut adalah seseorang yang 

menabraknya beberapa hari yang lalu. “Oiya,gue Abim” Ucap lelaki itu. 

Setelah Yolanda sadar dari koma nya, setiap pagi dan malam hari Abim menjenguknya dan setiap hari  pula Abim menanyakkan bagaimana keadaan Yolanda. Abim yang selalu membantu Yolanda sarapan, 

dan Abim juga yang membantunya minum berbagai macam obat karena tubuh Yolanda yang belum 

100% pulih dan masih membutuhkan bantuan untuk sekadar duduk atau kembali berbaring. Yolanda 

merasa Abim adalah lelaki yang sangat baik hati, sesekali ia merasa tidak enak hati karena hari-hari 

Abim harus mengurus dirinya itu. Padahal, Yolanda merasa bahwa dirinya lah yang sepenuhnya salah 

atas kecelakaan tersebut. Tapi mau bagaimana lagi, mau mengandalkan siapa lagi. Ia tidak bisa 

mengandalkan ibu nya yang harus mengurus adiknya yang masih kecil, dan ia juga tidak bisa 

mengandalkan ayah nya yang sangat sibuk dengan pekerjaannya.Hari-hari dirumah sakit berlalu dengan rutinitas melihat Abim pagi pagi buta menjenguk dirinya, 

menanyakan keadaan dirinya, dan membantu dirinya sarapan. Lalu siang hari Abim izin pamit pergi 

kerja dan kembali lagi pada malah hari dengan selalu membawa buah buahan segar dan berbagai 

macam makanan yang dapat membantu mempercepat pemulihan. Menyemangati Yolanda setiap 

malam sambil membawa Yolanda dengan kursi roda ke taman rumah sakit agar tidak jenuh. Dan 

selalu memberi kata kata penyemangat kepada Yolanda sebelum dirinya meninggalkan ruang rawat 

inap yang bernomor 102 tersebut. “Semangat Yolanda! Lo cewek kuat! Dikit lagi pasti sembuh, gue 

balik dulu ya! Besok gue liat lo pokoknya udah seger ya!” Kalimat tersebut rutin Abim ucapkan.

“Yol, kenapa sih gapernah mau makan sayurannya? Makan dong biar cepet sembuh!” Abim 

mengerutkan keningnya melihat Yolanda menyingkirkan brokoli mini itu ke pinggiran piring.

“Ga ah, mual gue kalo makan sayuran” ujar Yolanda.

“Terus gimana mau cepet sembuh, Yolandaaa” seru Abim sambil melotot kecil kearah Yolanda.

Seketika Yolanda terdiam dan mematung, tetapi dirinya berusaha untuk bersikap biasa saja. Tetapi 

tanpa ia sadari ia tersenyum kecil mendengar perkataan Abim tersebut. Tidak lama kemudian 

terdengar suara dering hp yang terdengar dari saku jaket yang Abim kenakan malam itu . Tangan 

Abim yang gagah itu segera merogoh handphone di dalam sakunya. Senyum manis terukir di wajah 

Abim setelah ia mengangkat telepon tersebut.

“Siapa?” Tanya Yolanda.

“Eh, mmaksudnya..” lanjut Yolanda mengoreksi ucapannya.

“Ehmm,Yol! Malem ini gue agak cepet ya baliknya, gapapa ya?” Abim izin untuk pulang lebih awal 

dari biasanya. Saat itu jam baru menunjukkan pukul 19:00 malam, biasanya Abim pulang ketika jam 

menunjukkan pukul 22:00 malam.

Yolanda menganggukkan kepalanya tanda ia mengizinkan Abim untuk pulang. Sebenarnya, Yolanda 

pun tidak mengharuskan Abim untuk setiap hari mengunjungi dirinya. Ini semua murni keinginan 

Abim yang sedari awal memang sudah dijelaskan olehnya.

Malam itu terasa sunyi bagi Yolanda tanpa Abim. Malam itu terasa sedikit berbeda. Tidak ada yang 

memaksanya untuk makan buah, tidak ada yang memaksanya untuk minum sari kurma yang tidak 

disukai nya, dan tidak ada ucapan semangat untuk dirinya malam itu. Yolanda sangat merakasan 

perbedaan malam itu dengan 14 malam sebelumnya yang sudah ia rasakan. Rasanya hampa. Seperti 

ada yang hilang.

Keesokan pagi nya, pintu kamar inap Yoland diketuk dari luar. Yolanda yang awalnya tengah fokus 

menonton siaran berita di televisi kini beralih pada ketukan pintu kamar inapnya.

“Ngapain ngetuk bim? Biasanya juga langsung masuk sambil nyerocos semangat semangat” Teriak 

Yolanda dengan semangat.

Pintu itu pun terbuka, Yolanda terkejut ternyata sosok yang mengetuk pintu itu bukanlah Abim, 

melainkan seorang wanita cantik dengan jas putih nya yang menambah kecantikan wanita tersebut. 

Ya, wanita itu adalah dokter yang selama ini menangani Yolanda. Dokter bernama Bianca itu pun 

tersenyum melihat Yolanda.“Halo Yolanda, gimana keadaannya? Hehe, maaf ya saya bukan orang yang kamu tunggu. Oh iya, 

kabar baik nih Yolanda! Kalau besok pagi kamu udah boleh pulang loh” Ucap dokter Bianca tanpa 

menghilangkan senyuman dari wajahnya.

“Ooh dokter Bianca ya, hehe. Tumben dok kesini pagi pagi, biasanya agak siang dikit” Ujar Yolanda 

sedikit menahan malu karena ia terlanjur menyebutkan nama Abim, padahal ternyata yang datang itu 

dokter Bianca.

“Iya, saya datang disini untuk memberi kanar gembira saja. Dan melakukan pengecekkan terakhir 

sebelum kamu pulang, makanya jadwalnya beda” ujar dokter Bianca.

Setelah check up sebentar, dokter pun meninggalkan kamar inap Yolanda. Bukannya senang 

mendengar kabar dari dokter Bianca, Yolanda malah memikirkan hal lain. Ya, kemana Abim? 

Biasanya pagi pagi buta, Yolanda sudah melihat Abim memasuki kamarnya dan berteriak kecil 

menyemangati dirinya lalu membantunya untuk makan sarapan. Tapi, sekarang Abim belum juga 

datang padahal hari sudah siang. Yolanda tiba tiba kepikiran untuk menelpon Abim, tapi ia langsung 

ingat bahwa ia belum mengetahui nomor telpon Abim. Pagi ke malam Yolanda tidak berhenti 

memikirkan Abim yang entah kemana perginya. Aneh menurut Yolanda, karena ia seperti merasakan 

kehilangan.

Malam hari, Yolanda yang sudah cukup pulih mencoba untuk berjalan sendiri ke taman rumah sakit 

karena dirinya merasa rindu dengan taman tersebut. Tetapi, ketika ia membuka pintu kamar inap, 

terlihat sosok lelaki yang selama ini ia tunggu kehadirannya berdiri dengan raut muka terkejut.

“Loh? Mau kemana Yol? Heh, udah malem loh.” Ucap Abim terdengar khawatir, ia lalu mengajak 

Yolanda kembali ke dalam kamar.

“Bim, gue jenuh, mau ke taman.” Yolanda menolak Abim yang menuntunnya untuk kembali masuk 

ke kamar .

Abim yang langsung mengerti pun segera menuntun Yolanda ke taman rumah sakit dan duduk di 

bangku taman yang menghadap kearah jalanan malam yang dipenuhi dengan lampu-lampu kendaraan.

“Besok gue udah boleh pulang,Bim.” Yolanda memulai pembicaraan langsung sesaat setelah mereka 

berdua duduk di bangku taman.

“Oh ya? Bagus dong?! Akhirnya, nah liat kan lo bisa sembuh, seneng gue dengernya.” ucap Abim 

tersenyum lebar ke arah Yolanda.

“Kok dari kemarin lo baru muncul sih Bim? Lo kemana aja?” Tanya Yolanda kemudian.

“Iya, kemarin cewek gue ngajakin makan malam gitu, terus pagi nya gue kelelahan karena malam 

minggu kemarin tuh macet bangett jalanan. Haduuh . Maaf ya Yol, gue cape banget tadi pagi.” 

Pernyataan Abim membuat Yolanda terkejut.

Yolanda terkejut mendengar kata ‘cewek’ dalam pernyataan Abim tersebut. Sontak ia kembali 

bertanya kepada Abim.

“Lo punya cewek? Sejak kapan?” Tanya Yolanda.

“Yaa, udah dua tahunan. Kenapa Yol?” Abim terlihat bingung melihat ekspresi tidak menyenangkan yang ditunjukkan Yolanda kepadanya.

“Gue pikir, lo merasakan apa yang gue rasain juga Bim. Gue pikir 14 hari lo ngerawat gue, jagain 

gue, kasih semangat ke gue, kasih senyuman manis lo ke gue, itu ada artinya. Ternyata lo punya 

cewek. Kenapa lo gak bilang ke gue,Bim? Gue jadi nyesel udah ngizinin perasaan ini dateng ke gue.” 

Abim melihat genangan air mata pada mata Yolanda. Abim semakin kebingungan dibuatnya.

“Yol, gue cuma tanggung jawab atas apa yang menyebabkan lo koma dan harus menjalani perawatan 

selama 14 hari ini. Bokap gue selalu mengajarkan gue tentang tanggung jawab dalam hal sekecil 

apapun. Bokap gue gamau anaknya tidak memiliki rasa tanggung jawab atas apa yang telah dia 

lakukan. Dalam hal sekecil apapun, tanggung jawab itu akan selalu ada dalam kehidupan. Dan bokap 

gue selalu bilang ke gue ‘laki-laki kalau gabisa bertanggung jawab itu sebenar-benarnya sampah’ . 

Dan, selama 14 hari ini, gue berusaha gimana pun caranya untuk bertanggung jawab karena gue udah 

nabrak lo, jadi gue harus nemenin lo sampai sembuh!” Mendengarnya, membuat Yolanda semakin 

berderai air mata. Sebenarnya dirinya juga paham, ini merupakan bagian dari tanggung jawab Abim.

“Bim, cara lo ngasih ucapan semangat ke gue, kenapa harus seperti terdengar sangat tulus dan beda? 

Harusnya biasa aja,Bim. oiya, kenapa lo sampe sebegini nya, padahal gue juga salah, main nyebrang 

gitu aja.” Jelas Yolanda sambil menyeka air matanya.

“Seseorang cepat sembuh, itu juga tergantung dari mental dan pikiran dirinya sendiri. Gue berusaha 

buat bikin lo selalu merasa bahagia dengan gue beri ucapan semangat . Gue beneran tulus 

ngucapinnya. Dan soal lo salah, iya lo juga salah. Tapi, mobil gue pada saat itu juga terlalu ngebut 

makanya keadaan lo sampe separah itu, dan menurut gue inilah bentuk tanggung jawab yang harus 

gue kasih ke lo.”

Yolanda terus menangis dan menyeka air matanya, malam itu terasa sangat panjang. Ia masih belum 

siap mendengar perkataan Abim itu. Ia menyesal telah membiarkan hati nya merasakan perasaan yang 

bahkan tidak sedikit pun terbalaskan. Ternyata 14 hari yang ia rasakan, tidak sama dengan 14 hari 

yang Abim sebenarnya rasakan. Abim hanya menjalankan tanggung jawabnya. Tidak lebih.

“Terus, cewe lo tau apa engga? 2 minggu lo ngabisin waktu lebih banyak untuk gue, bahkan gue gak 

pernah liat lo telponan.” Tanya Yolanda setelah dirinya berhenti menguraikan air mata.

“Cewek gue udah tau, dan itu lah hebatnya dia, dia percaya sama gue. Dia juga bilang, ya memang ini 

yang harus gue lakuin. Gue sama dia bukan tipikal pasangan yang tiap malam telponan, gue sama dia 

juga nge-date itu bisa 2 minggu sekali. Tapi, hal itu sama sekali tidak meregangkan hubungan gue dan 

dia. Gue udah sayang banget sama dia, begitupun dia ke gue.” Ucap Abim menjawab pertanyaan

Yolanda.

Malam itu, malam kepedihan bagi Yolanda. Tidak disangka ia justru harus menerima kenyataan pahit 

ketika dirinya sudah pulih. Tetapi bagaimana pun juga, berkat Abim ia mengerti tentang arti tanggung 

jawab. Ternyata taggung jawab memang tidak bisa lepas dari manusia. Sebuah kewajiban bagi 

manusia manusia yang sadar akan hal itu. Yolanda memang sudah sembuh dari kecelakaan, tetapi 

tidak disangka ia malah mendapatkan luka baru di hati nya. 



oleh : Natasya Wulandari 

Selasa, 19 Januari 2021

Makalah Analisa Jurnal Penanggulangan Kemiskinan dengan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna

 

MAKALAH  ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN KEMISKINAN

ILMU SOSIAL DASAR

ANALISA JURNAL

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

 

 

NATASYA WULANDARI (10120839) 1KA11

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS GUNADARMA

2020/2021





--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   LATAR BELAKANG

Berbagai kebijakan penanggulangan kemiskinan telah banyak diupayakan oleh pemerintah antara lain penanggulangan kemiskinan dengan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG). Partisipasi masyarakat menjadi faktor penting untuk keberhasilan penanggulangan kemiskinan dengan pemanfaatan TTG (Craty dan May, 1995 dalam Hikmat 2004), dan untuk mendukung keberhasilan penanggulangan kemiskinan dengan TTG perlu dilakukan pendampingan secara berkelanjutan (UU No18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup). Salah satu kebijakan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Kementerian Riset dan Teknologi di Kabupaten Banyumas Purwokerto adalah penempatkan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPA), yaitu Teknologi Tepat Guna (TTG) yang dirancang untuk membantu perajin tahu dalam kategori miskin dengan mengolah air limbah tahu menjadi biogas. Biogas yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak, sehingga perajin tahu diharapkan tidak perlu lagi mengeluarkan beaya untuk membeli bahan bakar minyak. Namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa penempatan IPAL untuk penanggulangan kemiskinan belum berhasil dengan baik karena beberapa faktor; kurangnya partisipasi perajin tahu dalam memanfaatkan IPAL yang terejawantah dalam bentuk-bentuk perilaku : tidak bersedia membayar iuran perawatan IPAL, membuang sampah dan kotoran hewan menjadi satu dengan limbah, jarak rumah dengan pembuangan sampah dan kotoran hewan terlalu dekat. Selain rendahnya partisipasi perajin tahu untuk memanfaatkan IPAL. belum diupayakan pendampingan secara profesional Atas dasar alasan tersebut, maka dilakukan kajian tentang penanggulangan kemiskinan dengan pemanfaatan TTG, dengan fokus perhatian pada perajin tahu dalam kategori miskin di Dusun Grumbulmunthuk, kemudian menentukan alternatif kebijakan penanggulangan kemiskinan dengan meningkatkan partisipasi perajin tahu dalam memanfaatkan IPAL. Pendampingan bagi perajin tahu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan IPAL dengan menempatkan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) kiranya dapat dijadikan salah satu alternatif kebijakan penanggulangan kemiskinan dengan pemanfaatan TTG/IPAL. Dengan mengetengahkan berbagai permasalahan tentang penanggulangan kemiskinan dengan pemanfaatan TTG/IPAL.

 

 

1.2   RUMUSAN MASALAH

1. Faktor-faktor  apakah yang berkaitan dengan partisipasi perajin tahu dalam memanfaatkan TTG/IPAL

2. Bagaimanakah bentuk pendampingan yang harus dilakukan untuk meningkatkan     partisipasi  perajin tahu?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor yang berkaitan dengan partisipasi perajin tahu dalam pemanfaatan TTG/IPAL, mengetahui alternatif kebijakan penanggulangan kemiskinan dengan pemanfaatan TTG/IPAL pada perajin tahu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi; Kementerian Sosial khususnya Ditjen Dayasos dan Gulkin, serta Kementerian Riset dan Teknologi dalam rangka pengembangan kebijakan penanggulangan kemiskinan pada umumnya, secara khusus penanggulangan kemiskinan dengan pemanfaatan TTG /PAL. 

 

 

 

 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bab II

ISI

 

1.       Partisipasi Perajin Tahu dalam Memanfaatkan IPAL

Dusun Grumbulmuntuk adalah salah satu wilayah di Desa Sokaraja Tengah, Kecamtan Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Dusun Grumbulmuntuk terdiri dari 6 RT. Kawasan RT 03 adalah salah satu wilayah yang dipilih oleh Pemerintah Daerah Kab. Banyumas untuk penempatan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).  dengan alasan, bahwa Grumbulmunthuk yang dihuni oleh 110 kepala keluarga, 25 kepala keluarga diantaranya adalah sebagai perajin tahu . Dari 25 kepala keluarga perajin tahu tersebut seluruhnya belum memanfaatkan IPAL. Dilihat dari kondisi ekonomi, sebagian warga di Dusun Grumbulmuntuk termasuk dalam kategori kurang sejahtera, keterbatasan penghasilan yang berkisar antara Rp 30.000,00-Rp 40.000,00 per hari. Lebih kecil dari yang ditentukan oleh BPS (2014) yang menentukan kategori miskin dengan pendapatan kurang Rp 447.797,- per bulan per orang. Proses pembuatan tahu dikerjakan oleh keluarga, minimal dua orang anggota keluarga yang bekerja dari jam10. 00 sampai selesai jam 15.00. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara rutin setiap hari sebagai pekerjaan warisan dari orang tua. Penghasilan yang diperoleh menjadi tidak sebanding dengan lamanya waktu yang diperlukan untuk bekerja. Untuk mencukupi kebutuhan sekolah, orangtua harus melakukan pekerjaan sampingan; sebagai buruh bangunan, buruh cuci dan beternak kambing. Tingkat pendidikan, di wilayah RT 03 di desa Grumbulmunthuk diketahui, bahwa sebagian besar 60 persen mengenyam pendidikan setingkat SD dan 40 persen berpendidikan SLTP. Rendahnya tingkat pendidikan dalam kenyataan berakibat pada rendahnya pengetahuan dalam memanfaatan IPAL. Hasil pengamatan langsung di desa Grumbulmunthuk diketahui, bahwa kondisi lingkungan perumahan para perajin tahu ternyata cukup padat dan relatif kumuh dengan kemanfaatan selain digunakan sebagai tempat hunian digunakan pula sebagai tempat usaha yakni kegiatan pembuatan tahu, kandang ternak dan pembuangan sampah. kemiskinan yang dialami oleh perajin tahu berakibat pada rendahnya partisipasi untuk memanfaatkan TTG/IPAL. Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan perajin tahu tentang pemanfaatan IPAL, belum adanya kesiapan masyarakat untuk menerima program, serta lemahnya kerja sama lintas sektoral dalam penanggulangan kemiskinan dengan pemanfaatan TTG/IPAL, merupakan berbagai faktor yang Jurnal PKS Vol 14 No 3 September 2015; 317 - 328 321 berkaitan dengan partisipasi perajin tahu dalam memanfaatkan TTG.

Hasil penelitian Wahyu Setyawati, Tity (2010) menyimpulkan terdapat hubungan antara pendidikan dan pendapatan terhadap partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan dengan memanfaatkan Teknologi Tepat Guna. Dari hasil wawancara, ternyata partisipasi perajin tahu berpedidikan SD (15 orang) dengan tingkat partisipasi rendah dan berpendidikan SLTP (10 orang) cukup. Tingkat partisipasi terbagi menjadi cukup dan rendah. Untuk kategori cukup, bentuk partisipasi yang dilakukan masih sebatas pada pemanfaatan IPAL dan pemasok limbah, belum sampai pada perawatan, pembayaran iuran dan ikut serta dalam kegiatan kelompok. Untuk partisipasi yang rendah, bentuk partisipasi yang dilakukan sebatas pada pengguna biogas. Terkait dengan rendahnya pendidikan perajin tahu, hal ini disebabkan karena rendahnya pendidikan orangtua, dan keterbatasan pengetahuan orangtua tentang arti pentingnya pendidikan bagi anak. Sejak usia sekolah, anak-anak sudah belajar membuat tahu dan berjualan di pasar. Kondisi yang demikian semakin nyata kebenarannya, dari hasil wawancara dengan perajin tahu yang menyatakan bahwa pekerjaan sebagai perajin tahu telah dilakukan bertahun-tahun secara turun temurun dari nenek sampai ke anak cucu. Wawancara dengan salah seorang perajin tahu yaitu (DN: bukan nama sebenarnya) yang berpendidikan SD dengan tingkat partisipasi rendah, terungkap perihal keikutsertaanya untuk perawatan IPAL dan pemeliharaan lingkungan tempat tinggal, maka jawaban yang diberikan adalah saya biasa membuang sampah dan kotoran hewan di dekat rumah dan menjadi satu limbah tahu. Selain itu juga belum memanfaatkan IPAL, untuk pembuatan tahu dia memilih menggilingkan kedelai di tempat lain. Hal ini dilakukan karena menurutnya ongkosnya lebih murah. Sedang untuk perawatan IPAL, mereka yang berpendidikan SD mengaku tidak mampu membayar iuran, karena pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal. Menjadi faktor rendahnya partisipasi perajin tahu untuk memanfaatkan IPAL.  Kurangnya pengetahuan dalam perawatan IPAL terlihat dengan perilaku; kurang peduli terhadap kerusakan pada saluran pipa gas, belum melakukan komunikasi dan konsultasi dengan BLH selaku pembuat program, dan belum ada kesanggupan membayar iuran perawatan IPAL secara rutin. Hal ini terungkap dari pernyataan ketua RT sebagai ketua kelompok, “Jika terjadi kerusakan pada pipa penyalur gas, hanya ketua kelompok saja yang mengeluarkan biaya untuk membetulkan pipa gas dengan alasan belum mempunyai cukup uang untuk membayar iuran”. “sebagai pemanfaat IPAL sebagaian dari mereka belum mau meluangkan waktu untuk ikut serta memperbaiki dengan alasan tidak ada waktu” . Diungkapkan pula bahwa masuknya teknologi baru, tidak serta merta membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi acapkali membebani masyarakat baik secara mental (ketidakmampuan skill) maupun materiil dan menimbulkan beban biaya yang tidak mampu dipenuhi masyarakat.

Erat kaitannya dengan tingkat pendidikan adalah penghasilan dan matapencaharian (Sunarti: 2001). Jenis mata pencaharian akan menentukan ada tidaknya waktu luang yang tersedia untuk melakukan berbagai kegiatan di dalam masyarakat. Dari hasil wawancara dengan perajin tahu diketahui penghasilan mereka yang berkisar antara Rp 30.000,00,- sampai Rp 40.000,00,- per hari, dengan jumlah tanggungan keluarga antara lima sampai enam orang, belum memperhitungkan tenaga dan bahan bakar, karena biogas yang dihasilkan belum mampu untuk mengganti bahan bakar pembuatan tahu. Dengan pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup se hari-hari, perajin tahu mengaku tidak mampu mengeluarkan biaya untuk perawatan IPAL. Perawatan IPAL dan menjaga lingkungan adalah norma yang harus ditaati ketika di lingkungan perajin tahu terdapat IPAL. Hasil pengumpulan data tentang kesiapan perajin tahu dalam pemanfaatan dan perawatan IPAL, diketahui bahwa pemanfaat IPAL pengguna biogas belum mempunyai kesiapan baik secara ekonomi maupun sosial. Ketidaksiapan secara ekonomi dapat diketahui dari keterbatasan kemampuannya dalam mengumpulkan iuran untuk perawatan IPAL. Hasil wawancara dengan 25 orang perajin tahu, diketahui baru 10 orang yang mempunyai kesanggupan untuk membayar iuran perawatan IPAL. Kesiapan secara sosial antara lain terlihat dari belum adanya kebersamaan masyarakat untuk pengelolaan lingkungan dan perawatan IPAL. Hasil wawancara dengan ketua pengelola IPAL diperoleh informasi bahwa kebersamaan perajin tahu untuk perawatan masih rendah. Menghadapi masalah tersebut ketua pengelola IPAL menyatakan: “untuk mengelola Penanggulangan Kemiskinan dengan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (Sri Prastyowati) 324 lingkungan dan perawatan IPAL secara berkelanjutan kami memerlukan pendampingan”.  Pendampingan yang dilakukan bukan sebatas pada perawatan IPAL, lebih dari itu perlu diupayakan pendampingan untuk merubah perilaku yang kurang mendukung keberhasilan pemanfaatan TTG/IPAL.

 

2.       Alternatif kebijakan Penanggulangan Kemiskinan dengan Pemanfaatan TTG

 Kerja sama lintas sektoral: Mengingat masalah kemiskinan adalah masalah nasional yang dalam penanganannnya memerlukan kerjasama antar instansi, maka kerjasama tersebut dapat dilakukan antara Kementerian Sosial dengan Kementerian Riset dan Tekonologi serta masyarakat pengguna. Di daerah kerjasama dilakukan antara Badan Lingkungan Hidup (BLH) dengan Dinas Sosial dan masyarakat pengguna . Badan Lingkungan Hidup sebagai penentu kebijakan penerapan IPAL dalam pelaksanaannya akan mempersiapkan masyarakat untuk dapat menerima penempatan IPAL sebagai kebutuhan. Untuk perawatan dan pemeliharaan IPAL dibutuhkan partisipasi masyarakat secara aktif. Untuk meningkatkan partisipasi diperlukan perubahan perilaku yang mendukung keberhasilan pemanfaatan IPAL. maka perlu diupayakan pendampingan secara berkelanjutan. Untuk kegiatan pendampingan Dinas Sosial menempatkan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK). Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), adalah pekerja sosial yang telah dibekali dengan ilmu-ilmu sosial murni dan ilmu sosial terpanan. Pendamping dilakukan oleh seorang profesional dan akan berperan sebagai fasilitator, komunikator, dan dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat tercapainya kemandirian (Soegijoko dkepala keluarga, 1997: 179). TKSK sebagai pendamping perajin tahu untuk memanfaatkan IPAL dengan sasaran target pada peningkatan partisipasi perajin tahu akan melakukan peran sebagai berikut. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan sebagai fasilitator , Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini adalah melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber. Negosiasi dilakukan antara perajin tahu dengan pemangku kebijakan. Berdasarkan hasil konfirmasi dengan TKSK diketahui bahwa selama menjadi TKSK belum pernah melalukan mediasi dan negosiasi berkaitan dengan pendampingan dalam pemanfaatan IPAL. oleh perajin tahu dengan menyatakan “selama penempatan IPAL di wilayahnya belum pernah mendapat pendampingan dari TKSK. Mediasi dan negosiasi dilakukan sebelum dan selama program berlangsung. Sebelum program berlangsung negosiasi dilakukan dalam rangka mendapat informasi terkait dengan kemanfaatan TTG/IPAL bagi perajin tahu, sedang mediasi dan negosiasi selama memanfaatkan IPAL dilakukan jika selama memanfaatkan IPAL perajin tahu menemui masalah.

Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan sebagai agen perubahan, Hasil wawancara dengan salah seorang perajin tahu (HS) diperoleh informasi bahwa untuk pemanfaatan, perawatan IPAL belum pernah dilakukan penyampaian informasi dan pelatihan secara rutin. Terkait kerjasama antara Badan Lingkungan Hidup dengan Dinas Sosial Tenagakerja dan Transmigrasi dapat dilakukan dengan memfungsikan TKSK untuk menyampaikan informasi dan memberikan latihan keterampilan membangun kerjasama antara perajin tahu dengan aparat Badan Lingkungan Hidup dan aparat pemerintah setempat, di samping itu perlunya bekal pengetahuan tentang kemanfaatan IPAL. Dengan perannya sebagai agen perubahan, TKSK akan melakukan pendekatan baik kepada pembuat kebijakan. Peran sebagai agen perubahan ditujukan pula untuk merubah perilaku perajin tahu dalam memanfaatkan IPAL. Peran TKSK sebagai wakil perajin tahu, Hasil wawancara dengan TKSK diketahui bahwa perannya sebagai pendamping dengan tugas menjadi wakil perajin tahu untuk memobilisasi sumber dan memanfaatkan potensi masyarakat belum dilakukan karena berbagai keterbatasan kemampuan yang dimilki oleh TKSK. Hasil konfirmasi melalui wawancara dengan aparat Dinas Sosial (Dw): diketahui bahwa keterbatasan TKSK terjadi karena kurangnya latihan keterampilan dalam hal menjalin kerjasama untuk mobilisasi sumber dalam penanganan masalah kemiskinan. Dalam realita pendampingan pemanfaatan IPAL belum dilakukan oleh tenaga yang mampu menjadi wakil perajin tahu untuk mendapat informasi secara terkait dengan pemanfaatan IPAL secara berkelanjutan. Berikut penuturan (Pangidin) perajin tahu pemanfaat IPAL: “Kami baru mendapat pendampingan saat penempatan IPAL, untuk pemeliharaan dan perawatan IPALbelum dilakukan pendampingan secara rutin dan terus menerus.”

 

  

 ----------------------------------------------------------------------------------------------

BAB III

PENUTUP

 

3.1 KESIMPULAN

Hasil kajian tentang Penanggulangan Kemiskinan Dengan Pemanfaatan
TTG/IPAL bagi perajin tahu di Dusun Grumbulmunthuk, dapat disimpulkan; bahwa penempatan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) dilingkungan perajin tahu belum dapat dimanfaatkan dengan baik karena beberapa faktor yaitu: Penempatan IPAL dikalangan perajin tahu belum diiringi dengan partisipasi perajin tahu secara memadai atau partisipasi perajin tahu masih rendah. Rendahnya tingkat partisipasi perajin tahu yang disebabkan karena berbagai keterbatasan; rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan penghasilan perajin. Dengan berbagai keterbatasan, maka belum ada kesiapan dari perajin tahu baik secara ekonomi maupun sosial. Belum adanya kesiapan secara ekonomi terlihat dari sebagian besar perajin yang belum sanggup untuk membayar iuran pemeliharaan IPAL secara rutin, sedangkan untuk kesiapan secara sosial terejawantah dalam bentuk bentuk perilaku; membuang kotoran hewan manjadi satu dengan limbah tahu, lingkungan rumah tempat tinggal yang kumuh dan berdekatan dengan hewan peliharaan (sapi, kambing). Lemahnya kerjasama antar instansi dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dengan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna, kerja sama yang dilakukan masih sebatas regulasi. Dalam pelaksanaannya di daerah belum diupayakan kerja sama dengan melakukan komunikasi dan koordinasi antar instansi terkait.Penempatan tenaga pendamping yang menguasai ilmu pekerjaan sosial terapan, akan menyiapkan perajin tahu untuk menerima program penempatan IPAL untuk mengolah limbah tahu menjadi biogas juga belum dilakukan, begitu pula pendampingan untuk perawatan dan perubahan perilaku perajin tahu.

3.2 SARAN

Mengingat pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dengan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna/IPAL yang belum dapat berhasil secara maksimal, maka rekomendasi yang diajukan adalah; Melakukan MOU di tingkat pusat antara Kementerian Riset dan Teknologi dengan Kementerian Sosial, sedang di tingkat daerah Kabupaten/Kota. MOU dilakukan antara Dinas Sosial Tenagakerja dan Transmigrasi dengan Badan Lingkungan Hidup terkait dengan pemenpatan IPAL yang berkelanjutan. Penempatan dan pemanfaatan IPAL berkelanjutan dapat dilakukan dengan memanfaatkan pendamping yang mampu melakukan penJurnal PKS Vol 14 No 3 September 2015; 317 – 328 327 dekatan kepada masyarakat terkait berubahan perilaku dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat; Bagi Kementerian Sosial selaku penentu kebijakan dalam penanggulangan kemiskinan, perlu mengupayakan pendampingan dengan meningkatkan jumlah dan keterampilan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) dalam membangun jalinan kerjasama antar instansi. TKSK sebagai tenaga pendamping dalam penanggulangan kemiskinan hendaknya melakukan koordinasi dan komunikasi dengan instansi terkait.Melalui koordinasi dan komunikasi dengan Dinas Sosial, Badan Lingkungan Hidup (BLH), serta organisasi sosial fungsional lainnya. TKSK memberikan informasi memanfaatkan dan perawatan IPAL. Pengetahuan dan pemahaman masayarakat tentang kegunaan dan manfaat IPAL akan berpengaruh terhadap perilaku. Dengan pengetahuan dan pemahaman perajin tahu tentang pemanfaatan dan perawatan IPAL, diharapkan terjadi perubahan perilaku untuk memanfaatkan IPAL; Bagi pemerintah daerah, hendaknya melakukan inventarisasi secara berkala tentang potensi wilayah, baik itu berupa sumberdaya manusia maupun sumber daya alam. Inventarisasi potensi sumber daya manusia dapat dilakukan kerjasama antara pemerintah daerah dengan masyarakat. Masyarakat melalui aparat setempat (RT) memberikan informasi tentang potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang dimilki dan membuat rencana pemanfaatannya.

 

 

 

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 DAFTAR PUSTAKA

 

Prastyowati,Sri.(2015). Penanggulangan Kemiskinan dengan Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna. Jurnal PKS Vol 14, No 3.

https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:EHt5XucVUwAJ:https://ejournal.kemsos.go.id/index.php/jpks/article/download/1328/735+&cd=2&hl=en&ct=clnk&gl=id